30 Okt 2007

Dokumenter ber-sastra

NGO atau teks-sastra ?

Pembuat film dokumenter itu, konon, hidupnya dari membuat film pesanan. Terutama film film NGO. Mungkin demikian. Tepatnya, pembuat film dokumenter senantiasa hidup dari film-film pesanan.

Satu hal yang seringkali berbenturan adalah, film itu pada akhirnya kehilangan ruang estetikanya. Ketika film senantiasa patuh pada ide-ide advokatif, maka ia terasa kering kreativitas. Ibarat buku, tak ubahnya buku instruksional. Bukan sebuah teks kreatif, yang bisa melakukan penjelajahan bagi terbukanya ruang resepsi kognitif dan estetik.

Pada akhirnya, pembuat film dokumenter akan mengkalkulasi. Macam apa film yang berhasil dikerjakannya. Film telah kehilangan ketrapilan dalam memainkan perannya. Film tak lagi menjadi sebuah teks yang enak ditonton.

Fakta film film NGO semacam ini.

Tidak ada komentar:

IN PRODUCTION

Tsunami : Gift of Life
Sam Pek Engtai ( Kasih Tak Sampai )

Renita's Journey : Mangga Golek
Merdeka atoe Mati !
Operasi Subyektivitas

My Film

  • GERABAH PLASTIK (2002), ROEDJITO (2003), HELP SPECIES DYING (2003), THE DREAM LAND (2003), I LOST MY FOREST IN ONE MINUTES (2004), THE LAST FOREST (2004), I WILL (2004), HANNA RAMBE (2004), MOTHE'S TEARS (2004), SERAMBI (2005), OUR BELOVED MOTHER (2005), HUMAN TRAFFICKING (2006), RENITA RENITA (2006), IN SHADOW OF THE FLAG (2007), SAM PEK ENGTAI (Kasih Tak Sampai- in production)

Mengenai Saya

Klaten - Jakarta pulang-pergi, Indonesia
Saya film director, fasilitator workshop film dan penulis.